top of page
  • Writer's pictureAl-Amjad

Gemar Menabung


Menabung merupakan salah satu kebiasaan yang wajib ditanamkan sejak dini. Mengapa? Tentu saja dengan menabung, anak-anak dengan sendirinya mulai belajar berhemat dan bertanggung jawab dalam memegang uang. Perhatikanlah potongan dari hadits berikut ini:


‘’Simpanlah sebahagian daripada harta kamu untuk kebaikan dimasa depan kamu, karena itu jauh lebih baik bagimu’’ (HR. Bukhari)


Berdasarkan hadis di atas, maka kita dapat mengetahui bahwa menabung adalah salah satu ajaran Islam. Menabung bukan berarti tidak tawakal. Justru sebaliknya, karena tawakal bukan berarti kita pasrah kepada Allah tanpa berbuat apa-apa . Tawakkal harus dimulai dengan upaya yang maksimal, setelah itu barulah kita berserah diri kepada Allah SWT.


Menabung bukanlah merupakan sikap tidak percaya akan adanya rezeki dari Allah SWT. Menabung adalah merupakan salah satu proses pengelolaan bagaimana kita mengelola (memanajemen) rezeki yang diberikan Allah SWT dengan baik kepada kita dan juga merupakan salah satu contoh amanah kita akan rezeki yang telah diberikan Allah SWT kepada kita.


Perlu diingat bahwa menabung bukan penghalang kita untuk berinfak ataupun berzakat. Orangnya yang imannya kuat dan terbiasa menabung, maka ia akan mampu berinfak atau berzakat dengan baik. Orang yang terbiasa menabung, berarti memiliki perencanaan keuangan yang baik.


Oleh karena alasan itulah maka kita perlu menanamkan prinsip gemar menabung sejak dini pada anak-anak agar kelak anak- anak dapat menjadi sosok yang mandiri dan tidak merepotkan banyak orang, dan belajar menjadi sosok yang yang disiplin akan dirinya sendiri. Dan juga untuk mengajarkan anak mengatur dan merencanakan keuangan anak saat dewasa nanti. Jika sewaktu di sekolah anak-anak masih sering jajan dan menghabiskan uang saku yang didapatnya, maka mulai dari sinilah orang tua mulai dapat mengajari mereka untuk menabung.


Mungkin awalnya menabung menggunakan celengan di rumah dengan menyisihkan sedikit uang saku untuk membeli barang yang anak butuhkan. Misalnya, ketika anak membutuhkan sepeda baru untuk pergi ke sekolah, mereka dapat menyisihkan uang saku yang diberikan sebanyak Rp 5.000 per hari. Setelah sepuluh hari, maka target uang yang terkumpul sebanyak Rp 50.000. Selanjutnya, target tabungan anak akan semakin meningkat dari waktu ke waktu, seiring dengan peningkatan jumlah uang saku mereka. Kelak ketika akan membeli sesuatu, maka mereka tidak akan meminta kepada orang tua, tetapi berusaha sendiri untuk mewujudkannya. Jiwa gigih dan tekun anak ini menjadi nilai tambah tersendiri dalam membangun kebiasaan menabung. Selain orang tua, peran sekolah juga diperlukan untuk membantu anak-anak dalam menabung. Salah satunya adalah dengan mengadakan edukasi mengenai menabung untuk para siswanya. Dengan demikian maka anak-anak akan sadar akan pentingnya menabung sejak dini.


Nurul Annisa, S.Pd.



bottom of page