top of page
  • Writer's pictureAl-Amjad

Kisah Inspiratif Ramadan. Si Miskin Yang Dermawan

Di sebuah kampung yang jauh dari perkotaan, hiduplah sebuah keluarga yang miskin, namun keluarga itu selalu bersyukur kepada Allah SWT. mereka dipenuhi dengan rasa kasih sayang kepada sesama. Keluarga kecil yang bahagia walau serba kekurangan. Banyak sekali cobaan datang silih berganti menimpa keluarga ini, mereka tetap sabar dan ikhlas menjalaninya.


Pada suatu ketika, keluarga itu sedang dalam kesulitan. “Pak, persediaan makanan kita habis, mungkin cuma cukup untuk nanti sore. Ibu sudah tidak mempunyai simpanan uang lagi.” kata istri. “Iya bu, nanti bapak carikan uang, bapak pergi ke pasar dulu ya, bu.” jawab bapak. “Pak, sekalian jual ini ya pak, buat beli makanan.” ucap ibu sambil mengambil radio buntut yang sudah usang. “walaupun cuma laku sedikit, bisa buat menyambung hidup pak.” tambah ibu. “Iya. bu. bapak berangkat ke pasar dulu. Assalamualaikum” ucap bapak. “Wa’alaikum salam. Hati-hati dijalan pak.” jawab ibu.


Berangkatlah bapak ke pasar untuk menjual radio buntut itu. “Radionya dijual pak,” tanya salah satu pedagang. “Iya, pak. laku berapa ya kira-kira?” jawab bapak. “Paling cuma 20 ribu, pak. radio ini sudah lama, apalagi antena nya juga sudah patah.” kata pedagang. “Ya sudah, tidak apa-apa mas. Ini radionya.” jawab bapak dengan menyerahkan radionya. Pedagang itu mengambil uang dam membayar radio bapak. Dengan rasa syukur bapak berjalan menuju warung untuk membeli makanan.


Dalam perjalanan, tiba-tiba ada seorang wanita yang menggendong anak kecil menghampiri bapak. “Tolong, pak. Kami seharian belum makan, anak saya juga kelaparan, kami tidak mempunyai apa-apa pak.” rintih wanita itu. Anaknya menangis kelaparan, wanita itu pun meneteskan air mata karna bingung harus berbuat apa lagi. Dengan rasa iba bapak berkata dalam hati. “Ya Allah, segala puji bagiMu. ternyata masih ada yang lebih kelaparan dari keluargaku,” ucap bapak dalam hati penuh rasa syukur.


Setelah itu, bapak mengambil uang hasil jual radio tadi dan diberikan kepada wanita itu untuk membeli makanan. Wanita itu mengucapkan terima kasih. “Alhamdulillah, terima kasih pak. Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak.” doa wanita itu. “Amin. Cepat dibelikan makanan bu, kasihan anak ibu sudah kelaparan.” ucap bapak. Lalu bapak berjalan pulang kerumah, ditengah perjalanan bapak bergumam dalam hati. “Bagaimana dengan keluargaku?, alasan apa yang harus kuberikan kepada istriku jika aku pulang tidak membawa makanan?”.


Sesampainya dirumah, bapak menceritakan semua kejadian yang di alaminya di pasar tadi. istri bapak mendengar dan kemudian tersenyum, ia tidak menyalahkan suaminya, justru ia memuji suaminya. “Pak, apa yang bapak lakukan tadi sangat mulia, dan ini merupakan kabar baik. Semoga Allah memberi jalan kepada kita.” kata ibu. “sekarang bapak bisa memancing, siapa tahu dapat ikan besar buat kita makan hari ini.” tambah ibu. Dengan semangat bapak pergi ke kali untuk memancing.


Dengan sabar bapak memancing dan menunggu umpan dimakan ikan, setelah beberapa lama belum juga dapat ikan. waktu hampir sore, akhirnya bapak berencana untuk pulang, tiba-tiba ada ikan besar memakan umpannya. Bapak menarik kalinya. Dengan hati yang gembira dan rasa syukur, bapak pulang kerumah, sapmai dirumah istrinya menyambut dengan gembira. Saat membelah perut ikan, ada sebuah mutiara didalamnya, alangkah terkujutnya mereka berdua.


Esok harinya, bapak membawa mutiara itu ke pasar dan menjualnya ke toko emas. Alakngkah kagetnya bapak ketika mutiara itu terjual dengan harga tiga ratus juta rupiah. Secepatnya bapak pulang ke rumah dan memberitahu istrinya. “Alahamdulillah, Allah telah memberi kita nikmat yang luar biasa” ucap istri bapak. Setelah itu mereka kemudian membagikan sebagian uang kepada fakir miskin dan anak-anak yatim. Kemudian bapak teringat kepada wanita yang dibantunya dulu di pasar. Setelah tanya sana sini, akhirnya bapak bertemu dengan wanita itu dan mengajaknya pulang. Mereka di angkat menjadi keluarga bapak dan memberikan modal kepada wanita itu untuk berdagang.


“Setiap pertolongan yang kita berikan adalah benih yang kita tanam. Suatu saat akan menghasilkan buah yang manis dan memberi kita kebahagiaan.”

bottom of page