Allah SWT telah menceritakan kepada kita beberapa kisah nabi dan rasul di dalam kitab-Nya yang mulia agar dijadikan sebagai pelajaran, ibroh bagi kita, meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW, memperkuat keimanan orang-orang yang beriman dan sebagai petunjuk serta rahmat bagi kaum yang beriman. Allah SWT berfirman:
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُوْلِي الأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَـكِن تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS. Yusuf: 111).
Nabi Ayub as. adalah putra dari Aish (Eswa) bin Ishaq bin Ibrahim. Nabi Ayub adalah sosok yang memiliki pribadi luhur dan saleh. Beliau senantiasa bersyukur dan taat kepada Allah. Beliau juga dikenal sebagai sosok nabi penuh dengan kesabaran. Hal tersebut dikarenakan saat beliau mengalami banyak kemalangan dan penderitaan, beliau tetap bersabar dan taat kepada Allah.
Nabi Ayub as. adalah nabi yang kaya raya. Ia mempunyai berpuluh ribu hewan ternak, beribu hektare tanah ladang, berpuluh-puluh hamba sahaya dan pembantu, serta keluarga dan anak-anak yang saleh dan berbakti. Kekayaan yang diberikan Allah kepada Nabi Ayub tersebut, tidak membuat Nabi Ayub lupa diri. Kekayaan yang dimilikinya, beliau gunakan untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah.
Ketaatannya kepada Allah itu, membuat para malaikat memuji-mujinya. Berkata salah seorang malaikat kepada kawan-kawannya yang sedang berkumpul dan berbincang-bincang tentang tingkah laku makhluk Allah, jenis manusia di atas bumi.
“Aku tidak melihat seorang manusia yang hidup di atas bumi Allah yang lebih baik dari hamba Allah Ayub. Ia adalah seorang mukmin sejati ahli ibadah yang tekun. Dari rezeki yang luas dan harta kekayaan yang diberikan oleh Allah kepadanya, ia menyisihkan sebagian untuk menolong orang-orang yang memerlukan, para fakir miskin. Hari-harinya terisi penuh dengan ibadah, sujud kepada Allah dan bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang diberikan kepadanya.”
Para kawanan malaikat yang mendengarkan kata-kata pujian dan sanjungan untuk diri Ayub mengakui kebenaran itu, bahkan masing-masing menambahkan lagi dengan menyebut beberapa sifat dan tabiat yang lain yang ada pada diri Ayub.
Percakapan para malaikat yang memuji-muji Ayub itu didengar oleh iblis yang sedang berada tidak jauh dari tempat mereka berkumpul. Iblis merasa panas hati dan jengkel mendengar kata-kata pujian bagi seseorang dari keturunan Adam yang ia telah bersumpah akan disesatkan ketika ia dikeluarkan dari surga karenanya. Ia tidak rela melihat seorang dari anak cucu Nabi Adam menjadi seorang mukmin yang baik, ahli ibadah yang tekun, dan melakukan amal saleh sesuai dengan perintah dan petunjuk Allah.
Iblis menghadap kepada Allah dan berkata:
“Wahai Tuhan, sesungguhnya Ayub yang menyembah dan memuji-muji-Mu, bertasbih dan bertahmid menyebut nama-Mu, ia tidak berbuat demikian seikhlas dan setulus hatinya karena cinta dan taat pada-Mu. Ia melakukan itu semua dan berlaku sebagai hamba yang saleh dan tekun beribadah kepada-Mu hanya karena takut akan kehilangan semua kenikmatan duniawi yang telah Engkau karuniakan kepadanya. Ia takut, jika ia tidak berbuat demikian, bahwa Engkau akan mencabut daripadanya segala nikmat yang telah ia peroleh berupa puluhan ribu hewan ternak, beribu-ribu hektare tanah ladang, berpuluh-puluh hamba sahaya dan pembantu, serta keluarga dan putra-putri yang saleh dan berbakti. Tidakkah semuanya itu patut disyukuri untuk tidak terlepas dari pemilikannya dan habis terkena musibah? Di samping itu Ayub masih mengharapkan agar kekayaannya bertambah menjadi berlipat ganda. Untuk tujuan dan maksud itulah Ayub mendekatkan diri kepada-Mu dengan ibadah dan amal-amal salehnya dan andai kata ia terkena musibah dan kehilangan semua yang ia miliki, niscaya ia akan mengubah sikapnya dan akan melalaikan kewajibannya beribah kepada-Mu.”
Allah berfirman kepada Iblis:
“Sesungguhnya Ayub adalah seorang hamba-Ku yang sangat taat kepada-Ku, ia seorang mukmin sejati, apa yang ia lakukan untuk mendekatkan dirinya kepada-Ku adalah semata-mata didorong oleh iman yang teguh daan taat yang bulat kepada-Ku. Iman dan takwa yang telah meresap di dalam lubuk hatinya serta menguasai seluruh jiwa raganya tidak akan tergoyah oleh perubahan keadaan duniawinya. Cintanya kepada-Ku yang telah menjiwai amal ibadah dan kebajikannya tidak akan menurun dan menjadi kurang, musibah apa pun yang akan melanda dalam dirinya dan harta kekayaannya. Ia yakin seyakin-yakinnya bahwa apa yang ia miliki adalah pemberian-Ku yang sewaktu-waktu dapat Aku cabut daripadanya atau menjadikannya bertambah berlipat ganda. Ia bersih dari semua tuduhan dan prasangkamu. Engkau memang tidak rela melihat hamba-hamba-Ku anak cucu Adam berada di atas jalan yang benar, lurus, dan tidak tersesat. Dan untuk menguji keteguhan hati Ayub dan kebulatan imannya kepada-Ku dan kepada takdir-Ku, Aku izinkan engkau untuk mencoba menggodanya serta memalingkannya daripada-Ku. Kerahkanlah pembantu-pembantumu menggoda Ayub melalui harta kekayaannya dan keluarganya. Coba binasakanlah harta kekayaannya dan cerai-beraikanlah keluarganya yang rukun dan bahagia itu dan lihatlah sampai di mana kebolehanmu menyesatkan dan merusakkan iman hamba-Ku Ayub itu.”
Di antara pelajaran yang bisa dipetik dari cerita Nabi Ayyub AS ini adalah:
Pertama: Beratnya ujian Allah SWT bagi Nabi Ayyub alaihi salam. Semua ujian itu tidak menambahkannya kecuali kesabaran, harapan pahala dari Allah SWT, pujian dan rasa syukur kepada -Nya, sehingga Ayyub adalah sebagai contoh dalam kesabaran, dia sebagai contoh dalam menghadapi berbagai penyakit. Al-Suddy berkata, “Semua kulit luar sudah berjatuhan sehingga tidak ada yang tersisa kecuali tulang dan urat.
Kedua: Dikatakan: Wahai orang yang sedang diuji, wahai orang yang sedang diuji pada harta, anak-anak dan diri kalian, bersabarlah dan kejarlah pahala dari Allah SWT, sesungguhnya Dia pasti akan mengganti. Allah SWT berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqarah; 155-157)
Ibnu Katsir berkata,
“Ini adalah peringatan bagi mereka yang diuji pada jasadnya, hartanya dan anak-anaknya, dia memiliki tauladan pada Nabi Ayyub alaihis salam, di mana Allah SWT telah mengujinya dengan penderitaan yang lebih besar namun dia tetap bersabar dan mengharap pahala dari Allah SWT sehingga Dia memberikan kelapangan baginya."
Ketiga; Bahwa orang yang ditimpa suatu musibah lalu dia mengharap pahala dari Allah SWT dan istrija (mengucapkan: Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun) maka Allah SWT akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang telah terlewatkan, sama seperti apa yang telah dialami oleh Ayyub alaihis salam.
Keempat: Di dalam kisah ini terdapat risalah bagi para istri yang beriman bahwa mereka harus bersabar menghadapi suami-suami mereka yang menderita sakit atau kemiskinan atau cobaan lainnya, lihatlah istri Ayyub alaihis salam sebagai contoh, dia sungguh sabar dan mengharap pahala dari Allah SWT sehingga Allah SWT menghilangkan segala cobaan yang menimpa suaminya.
Kelima: Sesungguhnya Allah SWT manjadikan bagi hamba -Nya yang bertaqwa jalan keluar dan kelapangan. Sesungguhnya Nabi Ayyub bersumpah untuk memukul istrinya dengan seratus cambukan, Ibnu Katsir berkata, “Pada saat Allah SWT telah menyembuhkan dirinya, maka dia diperbolehkan untuk mengambil sekumpulan kayu, yaitu kumpulan tangkai kurma lalu dia memukulnya dengan satu pukulan, dan hal itu sebagai ganti dari seratus pukulan serta dengannya dia telah memenuhi sumpah dan tidak melanggarnya. Maka ini adalah salah satu bentuk kelapangan dan jalan keluar yang diberikan oleh Allah SWT bagi orang yang bertaqwa kepada-Nya dan mentaati-Nya. Apalagi terhadap istrinya yang begitu sabar dan mengharap pahala dari Allah SWT, jujur dan berbuat baik serta dewasa. Oleh karena itulah Allah SWT mengakhiri penderitaan ini dan menyebutkan sebabnya dengan firman-Nya:
إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ
Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya). (QS. Shad: 44).
oleh: Maghfirah Widyanti Nasution, S.Pd
Comments