Nabi Hud as. adalah salah seorang nabi dari 25 nabi utusan Allah Swt yang menerima wahyu bagi dirinya sendiri. Nabi Hud yang merupakan nabi keempat ini berasal dari bangsa Arab tepatnya dari suku ‘Ad. Sejak kecil, Nabi Hud dikenal sebagai seseorang yang sangat terpuji, yaitu jujur, amanah, bekerja keras, berbudi pekerti luhur, dan ramah ketika bergaul dengan teman-teman di sekelilingnya. Kisah Nabi Hud mulai dari kehidupan dan juga perjalanan dakwahnya banyak diceritakan dalam Al-Qur’an. Bahkan namanya sudah diabadikan dalam Al-Qur’an sebagai salah satu surat kesebelas. Seperti yang diriwayatkan dalam Q.S Hud: 50 dikatakan bahwa Nabi Hud as. dan kaum ‘Ad.
“Dan kepada kaum ‘Aad (kami utus) saudara mereka, Hud. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. (Selama ini) kamu hanyalah mengada-ada.”
Semasa hidupnya Nabi Hud as. menempati sebuah daerah yang dinamakan Al-Ahqaf, tepatnya berada di sebelah utara Hadramaut atau berada diantara Oman dan Yaman. Hadramaut sendiri merupakan daerah yang sangat indah lantaran mempunyai kualitas tanah yang subur.
Kaum ‘Aad adalah kaum yang makmur, sejahtera dan bahagia. Allah Swt. telah melimpahkan kenikmatan yang sangat besar kepada kaum ‘Aad. Allah memberi mereka bentuk jasmani yang kuat dan perkasa. Allah juga menyuburkan bumi mereka, sehingga mereka dapat bercocok tanam serta menikmati hasil pertanian yang melimpah. Kaum ‘Aad terbuai dengan kenikmatan duniawi yang mereka rasakan. Mereka melupakan ajaran tauhid yang diajarkan oleh Nabi Nuh dan Nabi Idris. Mereka kemudian menyembah berhala. Berhala-berhala itu mereka beri nama “Shamud” dan “Al-hattar”. Mereka percaya kedua berhala itu adalah pemberi pertolongan, perlndungan, kemakmuran serta segala kebutuhan duniawi lainnya yang mereka harapkan.
Untuk mengembalikan kaum ‘Aad kepada jalan kebenaran, Allah Swt. mengutus seorang nabi kepada mereka dari kalangan mereka sendiri, beliau adalah Nabi Hud as. Nabi Hud terkenal akan budi pekertinya yang luhur serta ramah-tamah dan bijaksana dalam pergaulannya. Nabi Hud as. juga menjelaskan bahwa Allah- lah yang telah menciptakan mereka semua serta menganugerahkan segala kenikmatan hidup. Allah-lah yang pantas mereka sembah, bukan sebuah tuhan batu yang mereka ada-adakan sendiri (berhala). Allah-lah yang memberikan rezeki kepada mereka, menghidupkan dan mematikan mereka, tangan-kaki serta pancaindra agar senantiasa mereka gunakan beribadah menyembah hanya kepada- Nya. Namun Hud as. senantiasa membimbing kaumnya dengan penuh kesabaran. Nabi Hud as. senantiasa mengajak mereka kembali ke jalan tauhid, dan meninggalkan berhala sesembahan mereka. Beliau mengajak mereka untuk senantiasa kembali ke jalan kebenaran, melaksanakan segala perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Nabi Hud as. juga menceritakan kisah kaum-kaum terdahulu yang binasa karena mendurhakai Allah Swt.
Kaum Nabi Hud as. tidak mau mendengar seruannya. Mereka menganggap Nabi Hud sebagai orang gila. Mereka menganggap ajaran Nabi Hud hanyalah omong kosong belaka. Mereka tidak mau meninggalkan berhala-berhala sesembahan mereka. Mereka menganggap Nabi Hud as. hanya mengarang cerita. Pembalasan Allah swt kepada kaum ‘Aad yang durhaka diturunkan dua tahap. Tahap pertama adalah bencana kekeringan yang sangat lama melanda tanah pertanian mereka. Akibat dari bencana kekeringan tersebut adalah bencana kelaparan yang menimpa mereka. Hasil pertanian, buah-buahan dan sayur-sayuran yang semula berlimpah tak dapat mereka nikmati lagi.
Nabi Hud as. mendatangi kaumnya. Nabi Hud memerintahkan kaumnya agar segera bertobat dan meninggalkan perbuatan ingkar mereka. Akan tetapi, kaum ‘Aad sudah tertutup jalan pikirannya, mereka bahkan berbondong-bondong menyembah dan memohon kepada berhala untuk diturunkan hujan yang lebat, mengakhiri bencana kemarau yang berkepanjangan itu. Sungguh kaum ‘Aad ini adalah kaum yang bodoh dan lagi merugi. Allah Swt. kemudian mendatangkan azab tahap kedua. Langit menjadi hitam, awan yang bergumpal-gumpal di atas langit mereka. Semula kaum ‘Aad mengira awan hitam tersebut adalah awan hujan yang dikirimkan berhala-berhala mereka untuk menyirami tanah ladang mereka. Mereka tidak menyadari bahwa awan tersebut adalah siksa yang diturunkan Allah kepada mereka akibat kekafiran mereka.
Itulah cerita singkat kisah dari Nabi Hud atas perjalanan dakwahnya yang senantiasa dengan kesabarannya dalam membimbing kaumnya dan semoga kita bisa dapat mengambil hikmah dari cerita Nabi Hud ini. Adapun pesan moral yang dapat kita petik adalah “Hanya Allah-lah zat yang pantas di sembah dan hanya kepada Allah-lah kita bisa memohon pertolongan. Tiada tandingan dan tiada sekutu yang lebih berkuasa daripada-Nya. Kepada-Nya lah kita kembali dan kepada-Nya lah kita dimintai pertanggungjawaban atas segala amalan di dunia”.
oleh: Sahri Rahmadana Sitanggang, S.Pd
Opmerkingen