top of page
  • Writer's pictureAl-Amjad

Sabar


Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar di dalam firman-Nya:


وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ


Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah[2]: 155)


Sabar di sini masuk padanya tiga tingkatan; (1) sabar ketika menaati Allah, (2) sabar ketika menjauhi maksiat-maksiat dan laranganNya, dan (3) sabar ketika menghadapi musibah-musibah, bencana dan cobaan.


Allah mengatakan: “Bergembiralah orang-orang yang sabar,” siapa mereka?


الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156)


Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: ‘Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya akan kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.’” (QS. Al-Baqarah[2]: 156)


Di sini Allah menyebutkan bahwa orang yang bersabar itu apabila ditimpa musibah mengatakan إِنَّا لِلَّهِ (sesungguhnya kami milik Allah). Pengakuan bahwa kita milik Allah mengharuskan kita untuk ridha dan sabar dengan ketentuan-ketentuanNya, pengakuan bahwasanya kita milik Allah mengharuskan kita untuk tunduk kepada perintah-perintah dan menjauhi laranganNya. Karena kita milik Allah, kerajaan ini milik Allah, langit-langit dan bumi semuanya milik Allah, semuanya mengikuti peraturanNya, semua mengikuti ketentuanNya, para malaikat, demikian pula binatang-binatang, demikian pula pepohonan, demikian pula planet-planet, semua mengikuti ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena semua milik Allah Subhanahu wa Ta’ala.


Demikian pula diri kita ini milik Allah, maka kewajiban orang yang mengakui bahwa dirinya milik Allah untuk senantiasa tunduk dan patuh kepada perintah-perintahNya, untuk senantiasa mengikuti aturan-aturanNya serta ridha dengan ketentuan-ketentuan yang Allah berikan kepadanya.


Oleh karena itulah orang yang ridha Allah sebagai Rabnya, dia wajib masuk surga. Kata Rasulullah:


مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ


“Siapa yang ridha Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai nabinya, wajib baginya surga.” (HR. Muslim, An-Nasa’i)


Innalillah, sesungguhnya kami milik Allah. Seorang hamba yang yakin dan tahu bahwasanya dia milik Allah, maka ia berusaha bersabar menghadapi ketentuan-ketentuanNya dan ridha dengan apa yang telah Allah tentukan untuknya, walaupun memang derajat ridha teramat sulit terkadang. Tapi yang wajib adalah derajat kesabaran.


Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam minta kepada Allah:


وَأَسْأَلُكَ الرِّضَاءَ بَعْدَ الْقَضَاءِ


“Ya Allah aku minta kepada Engkau keridhaan setelah Engkau memberikan keputusan kepadaku.” (HR. An-Nasa’i)


Ketika orang yang berkata إِنَّا لِلَّهِ (Sesungguhnya kami milik Allah), maka dengan dia meyakini bahwa dirinya milik Allah, dia yakin bahwa Allah takkan pernah menyia-nyiakan dirinya, dia yakin bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala sangat sayang kepada hamba-hambaNya, dia yakin bahwa Allah pasti mendengar dan mengijabah doa dan permohonannya. Karena ia tahu dirinya milik Allah, tidak mungkin Allah menyia-nyiakan hamba-hambaNya yang beriman kepadaNya.


Innalillah, sesungguhnya kami milik Allah. Di saat kita yakin bahwa diri kita milik Allah dan kita tahu bahwa Allah segala-galanya bagi kita, itulah yang menyebabkan kita tawakal, lalu kita serahkan hidup kita kepada Allah, kita serahkan semua urusan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga di saat itulah dia akan tawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal. Sehingga dia tidak pernah menjadi hamba yang putus asa, ia menjadi hamba yang selalu tegar dalam kehidupan. Karena ia tahu keputusasaan itu akibat dia kurang yakin kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana Allah berfirman:


إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِن رَّوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ


Sesungguhnya tidak ada yang merasa putus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang kafir saja.” (QS. Yusuf[12]: 87)


Ketika seorang hamba mengucapkan Innalillah, maka pasti hidupnya akan bahagia. Karena ia meyakini Allah sebagai Rabbnya dan Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan hidupnya. Wa inna ilaihi raji’un, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Allah.


Keyakinan seorang hamba ketika telah menghujam di dadanya bahwa dia akan kembali kepada Allah, kepada sebuah kehidupan yang di sana hanya ada surga atau neraka, di sana kita akan diberikan balasan-balasan. Orang yang berbuat baik akan melihat balasannya, orang yang berbuat buruk akan melihat balasannya.

Allah berfirman:


فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ ﴿٧﴾ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ ﴿٨﴾


Ketika dia yakin akan hari itu, hari semua manusia dikumpulkan di padang mahsyar, ia akan berpikir ‘apa persiapan saya menuju hari tersebut?’ dia akan berpikir ‘kemana akan saya langkahkan kaki saya, apakah ke surga atau ke neraka?’ Ketika ia menginginkan surgaNya, maka ia berusaha untuk sabar dan ridha dengan ketentuanNya. Maka ia berusaha untuk ridha dengan takdir-takdir yang Allah berikan kepadanya. Itulah yang menyebabkan semakin kuat kesabaran dia karena dia mengharapkan apa yang ada di sisi Allah berupa pahala dan surgaNya, terutama keridhaannya yang paling besar. Dia pun menginginkan agar Allah menggugurkan dosa-dosanya, karena dia tahu musibah-musibah tersebut hakikatnya adalah menggugurkan dosa. Maka disitulah kesabaran pun akan terus bersemi di hatinya.


Ketika ia yakin bahwasanya dia akan kembali kepada Allah, di sana dia menginginkan yang lebih baik daripada apa yang ia dapatkan dalam kehidupan dunia. Maka itulah yang menyebabkan ia selalu semangat dalam ketaatan demi ketaatan dan menjauhi berbagai macam maksiat demi maksiat.


Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan bahwa kalimat ini adalah sumber kesabaran akan muncul di hati seorang hamba. Allah mengatakan:


…وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ﴿١٥٥﴾


Berikanlah kepada mereka kabar gembira, kepada orang-orang yang sabar itu.” (QS. Al-Baqarah[2]: 155)


Siapa mereka?


الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّـهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ﴿١٥٦﴾


Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: ‘kami milik Allah, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Allah.’” (QS. Al-Baqarah[2]: 156)


Lalu Allah berfirman:


أُولَـٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ ﴿١٥٧﴾


Mereka itu akan mendapatkan shalawat dari Rabb mereka,”


Shalawat Allah kepada hambaNya -kata Imam Mujahid- adalah pujianNya, Allah akan puji mereka, Allah banggakan mereka di hadapan malaikatNya.


أُولَـٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ…


Bagi mereka shalawat (pujian) dari Allah...”


وَرَحْمَةٌ


Dan rahmat serta kasih sayang kepada dia.”


Subhanallah..

Ternyata orang-orang seperti ini diberikan oleh Allah pujian, diberikan oleh Allah rahmat. Siapa yang diberikan oleh Allah rahmat, pasti Allah akan berikan taufiq kepadanya, pasti Allah akan memberikan inayah kepadanya, pasti Allah akan memberikan berbagai macam kenikmatan-kenikmatan yang terkadang tak bertayang di hati dia.


أُولَـٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ ﴿١٥٧﴾


“...dan merekalah orang-orang yang mendapatkan hidayah.”

Betapa indahnya kesabaran, ternyata kesabaran mendatangkan pujian dari Allah, ternyata kesabaran mendatangkan ampunan dan rahmat serta kasih sayangNya dan ternyata itu mendatangkan hidayah yang sangat kita butuhkan dalam kehidupan kita di dunia ini.



Dwi Surya Praja

bottom of page