Oleh: Dwi Surya Praja, S.Pd.
Rasa malas terkadang hinggap di diri kita ketika dihadapkan dengan keadaan diri yang ingin belajar, apalagi jika belajar agama.
"Gunung ku daki, lembah pun ku arungi, semua itu terasa ringan bagiku untukku tapakkan kaki ini selangkah demi selangkah, perlahan namun pasti."
Berbeda halnya untuk belajar dan menghadiri kajian atau pembelajaran dari para guru atau pun ustadz yang mengajarkan agama, pasti semua itu terasa berat rasanya, walaupun masjid di samping rumah, meskipun jarak yang tidak membutuhkan waktu yang lama.
Coba tanyakan pada diri kita, sebenarnya seberapa penting bagi kita untuk belajar agama?
Mengapa kita harus terus menerus mengupgrade ilmu agama? Haruskah kita berkehidupan dengan aturan-aturan agama kita?
Mungkin kalimat di atas merupakan segelintir perkataan yang sering terngiang di telinga kita.
Namun tahukah bahwa belajar agama merupakan keharusan yang mesti kita penuhi dan ternyata banyak sekali keutamaan bagi penuntut ilmu agama.
Seorang muslim tidaklah cukup hanya dengan menyatakan keislamannya tanpa berusaha untuk memahami Islam dan mengamalkannya. Hal tersebut harus dibuktikan dengan melaksanakan aturan yang berlaku yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala pada agama ini. Bagaimana mungkin kita bisa melaksanakan perintah Allah Ta’ala dan menjauhi larangannya kalau kita tidak mengetahui apa yang diperintahkan dan dilarang oleh Allah Ta’ala.
Oleh karenanya, Allah Ta’ala dan Rasul-Nya menegaskan akan pentingnya Ilmu agama dan mempelajarinya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“..Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Maidah:11).
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir no. 3913)
Menuntut ilmu itu wajib bagi Muslim maupun Muslimah. Ketika sudah turun perintah Allah yang mewajibkan suatu hal, sebagai muslim yang harus kita lakukan adalah sami’na wa atho'na, kami dengar dan kami taat.
Sesuai dengan firman Allah Ta‘ala:
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Sesungguhnya ucapan orang-orang yang beriman apabila diajak untuk kembali kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul itu memberikan keputusan hukum di antara mereka hanyalah dengan mengatakan, “Kami mendengar dan kami taat”. Dan hanya merekalah orang-orang yang berbahagia.” (QS. An-Nuur [24]: 51).
Sebagaimana kita meluangkan waktu kita untuk melaksanakan shalat. Ketika waktu sudah menunjukkan waktu shalat pasti kita akan meluangkan waktu untuk shalat meskipun kita sedang bekerja dan pekerjaan kita masih banyak. Kita akan tetap meninggalkan aktivitas kita dan segera mengerjakan shalat. Maka begitu pula sebaiknya yang harus kita lakukan dengan menuntut ilmu.
Namun, Apa sih keutamaan menuntut ilmu Agama:
Allah Ta’ala menginginkan kebaikan dengan memberikan kepada penuntut ilmu agama yaitu pemahaman terhadap Agama Islam. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga mengabarkan berita gembira untuk mereka yang senantiasa menuntut ilmu.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan memberikan kefaqihan (pemahaman) agama baginya. “ (Muttafaqun ‘alaihi)
Allah akan memudahkan jalannya menuju Surga-Nya
Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Ilmu Agama merupakan warisan dari para Nabi
Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh hadits,
اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلَا دِرْهَامًا، وَلَكِنْ وَرَّثُوْا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham (maksudnya adalah harta) , tetapi mewariskan ilmu. Maka dari itu, barang siapa mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang cukup.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah; dinyatakan shahih oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 6297).
Majlis Ilmu Agama merupakan taman surga
Sebagaimana yang disebutkan dalam hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah membaca Kitabullah dan saling mengajarkan satu dan lainnya melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), akan dinaungi rahmat, akan dikelilingi para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya.” (HR. Muslim, no. 2699)
Tidaklah ada jalan untuk mengenal Allah Ta’ala, untuk menggapai ridha-Nya, untuk semakin dekat dengan-Nya, melainkan melalui ilmu yang bermanfaat yaitu ilmu Agama yang dengan sebab ilmu itu para Rasul diutus oleh Allah Ta’ala, dan sebab Allah menurunkan kitab suci. Ilmu itulah penuntun dan pemberi petunjuk ketika seseorang berada dalam gelapnya kebodohan, pemikiran sesat, dan keragu-raguan. Oleh karena itu, Al-Qur’an disebut cahaya karena dapat menerangi jalan di saat gelap dan kita kehilangan arah.
Abdullah bin Mubarak menunjukkan keheranannya, bagaimana mungkin seseorang dapat memiliki jiwa yang baik jika ia tidak mau belajar Islam dan menghadiri majelis ilmu.
Beliau Rahimahullah berkata,
عَجِبْتُ لِمَنْ لَمْ يَطْلُبِ العِلْمَ, كَيْفَ تَدْعُوهُ نَفْسُهُ إِلَى مَكْرُمَةٍ
“Aku heran dengan mereka yang tidak menuntut ilmu, bagaimana mungkin jiwanya bisa mengajak kepada kebaikan.”? [Siyar A’lam An-Nubala 8/398]
Maka, mari kita tingkatkan lagi semangat belajar Agama Islam kita dengan menghadiri kajian-kajian Islam dan membaca buku-buku Islam. Dan bahkan dengan kemudahan zaman teknologi yang sekarang ini, kita bisa dengan mudah mengakses ilmu Agama kita, kita bisa menonton kajian dari pada ustadz yang berkompeten dalam ilmu keislamannya.
Manfaatkanlah nikmat Allah yang telah banyak dianugerahkan kepada kita, karena kita tidak tahu kapan nikmat tersebut akan dicabut dari kita.
Comments