top of page
  • Writer's pictureAl-Amjad

Yaa Abatii



يٰۤاَبَتِ افۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُ سَتَجِدُنِىۡۤ اِنۡ شَآءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيۡنَ‏


"Wahai ayahku, Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar."


Inilah jawaban Nabi Ismail a.s saat ayahnya Nabi Ibrahim a.s diperintahkan Allah untuk menyembelihnya, pada usia yang saat itu bermain-main adalah tujuannya, tapi Nabi Ismail a.s rela dengan lapang hati, tanpa berfikir panjang berkorban nyawa untuk ayahnya.


Ternyata, peristiwa Qurban yang akan kita laksanakan tepatnya pada 10 Dzulhijjah mendatang, adalah bentuk dari bakti seorang anak (Nabi Ismail a.s) kepada ayahnya, kesabaran seorang hamba (Nabi Ibrahim a.s) terhadap menjalankan perintah Tuhannya, dan keikhlasan seorang ibu akan kehilangan buah hati yang paling dicintainya. berbagai macam cara iblis untuk menggagalkan rencana Nabi Ibrahim a.s dalam menjalankan perintah Allah, yang Nabi Ibrahim sendiri belum tau apa tujuan Allah memerintahkan ini kepadanya, hanya dengan berprasangka baik kepada Allah SWT karena Nabi Ibrahim a.s yakin bahwa setiap ujian pasti ada hikmahnya.


“Wahai ayahku, bawalah aku ke tempat yang jauh agar tak gundah hati ibuku, tajamkan pisaumu, dan tutuplah matamu saat akan menyembelihku”. Pisau sudah tepat di leher Nabi Ismail a.s, dengan membaca "Bismillahi Allahu Akbar", Cress… terasa sudah cucuran darah mengalir dari leher anaknya Nabi Ismail a.s, saat Nabi Ibrahim a.s membuka matanya, yang dilihatnya adalah seekor kambing yang besar yang sudah bersimbah darah, sedangkan anaknya Nabi Ismail a.s, berdiri tepat disamping Nabi Ibrahim a.s,. "Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar".


Dan peristiwa ini dinamakan dengan hari raya ‘idul adha’ yang kita rayakan setiap tahun nya dengan berkurban.


Dalam surah al kautsar,

فَصَلّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

yang artinya "maka dirikanlah solat dan berkurbanlah".


Dari cerita ini, banyak sekali pelajaran yang bisa menguatkan kita menjalani hidup ini bahwa dalam QS Al-Insyirah:

فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرَ, اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرَ

yang artinya “setiap kesulitan pasti ada kemudahan, setiap kesulitan ada kemudahan"


Beginilah seharusnya kita agar selalu berprasangka baik terhadap Allah maupun manusia, agar yang datang kepada kita juga hanya hal yang baik-baik saja. Betapa besar pengorbanan seorang anak kepada orang tuanya, telah diajarkan Nabi Ismail a.s kepada kita yang rela berkorban nyawanya dengan ikhlas tanpa bertanya.


Tak ada satupun dari kita yang sanggup menahan jatuhnya air mata jika membicakan kedua orang tua! Kenapa? Karena dalamnya kecintaan kita kepada keduanya, bagaimana tidak? Ibu kita yang 9 bulan mengandung kita, melahirkan berkorban nyawa kemudian menyusui 2 tahun lamanya bahkan lebih!


Sedangkan ayah kita bekerja keras banting tulang, hujan panas, mencari uang agar kita bisa hidup. Lantas, apakah pengorbanan yang sudah kita lakukan terhadap keduanya?


Jawabannya tentulah “tidak ada”, karna kita takkan mampu walau setetes air di lautan untuk membalas kebaikan mereka, kecuali “ Do’a” .

Do’a adalah kunci kebahagiaan.

Berdoalah untuk kedua orang tua kita, janganlah sekalipun kita berkata kasar dengan dengan mengatakah “ah”, tapi berbicaralah kepada keduanya dengan perkataan yang mulia.

رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا


Rabbighfir lī, wa li wālidayya, warham humā kamā rabbayānī shaghīrā


رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ


Rabbanaghfirli waliwalidayya walil mukminina yauma yaqumul hisab.


Semoga kita semua menjadi anak yang soleh yang diharapkan do’anya dari orang tua kita, membahagiakan mereka jika mereka masih ada didunia.


Kelak anak cucu kita juga menjadi anak-anak yang akan mendoakan kita saat kita sudah tiada.


Amiin yaa rabbal aa’lamiin.


(Sri Handayani)

bottom of page