Nabi Yusuf AS adalah putra ketujuh dari anak Nabi Yaqub AS yang berjumlah dua belas orang. Ada beberapa ujian hidup yang dialami Nabi Yusuf, salah satunya saat dibuang ke dalam sumur oleh saudaranya. Kisah ini diceritakan dalam Al-Qur'an surah Yusuf ayat 7-21.
Perlakuan ayahnya kepada Nabi Yusuf membuat iri hati dan kecemburuan di antara saudaranya yang lain. Mereka merasa bahwa ayahnya lebih mencintai Nabi Yusuf dan saudaranya Bunyamin dari pada mereka. Mereka membuat suatu rencana yang bertujuan agar mendapatkan kembali perhatian dan kasih sayang ayahnya. Hingga suatu ketika, Nabi Yusuf dibuang ke sumur oleh para saudaranya.
Pada Al-Qur'an surat Yusuf ayat 11-14 dijelaskan, saudara Nabi Yusuf tersebut membujuk ayah mereka agar mengizinkan Yusuf pergi bermain dengan mereka. Meski sebelumnya ditolak karena kekhawatiran sang ayah, ayah mereka pun akhirnya memberi izin.
Selama perjalanan, saudara-saudara Nabi Yusuf menghina dan mencacinya dengan tindakan juga ucapan. Kemudian, mereka bersepakat untuk memasukkannya ke dalam sumur. Mereka pun memaksa Nabi Yusuf sedemikian rupa hingga meminta beliau untuk menanggalkan pakaiannya. Pakaian tersebut digunakan mereka sebagai alibi untuk sang ayah bahwa Nabi Yusuf diserang oleh serigala.
Setelah membuang Nabi Yusuf, saudara-saudaranya pulang dengan membawa baju Nabi Yusuf yang sudah dilumuri darah dan menangis di hadapan ayahnya, seolah-olah menangisi kepergian Nabi Yusuf.
Allah SWT berfirman dalam surat Yusuf ayat 17, bahwa mereka berkata:
قَالُوْا يٰٓاَبَانَآ اِنَّا ذَهَبْنَا نَسْتَبِقُ وَتَرَكْنَا يُوْسُفَ عِنْدَ مَتَاعِنَا فَاَكَلَهُ الذِّئْبُۚ وَمَآ اَنْتَ بِمُؤْمِنٍ لَّنَا وَلَوْ كُنَّا صٰدِقِيْنَ
Artinya: "Wahai ayah kami! Sesungguhnya kami pergi berlomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala; dan engkau tentu tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami berkata benar."
Ayah mereka tidak langsung mempercayai kabar tersebut begitu saja setelah menyadari ada tanda-tanda meragukan. Sebab, sang ayah sendiri menyadari perselisihan di antara Nabi Yusuf dan saudaranya. Mendengar kabar tersebut, Nabi Yaqub sangatlah merasa berduka dan menangis hingga suatu hari matanya menjadi putih (buta) karena kesedihan. Nabi Yaqub sendiri adalah orang yang sangat penyabar dan selalu menahan amarah terhadap anak-anaknya.
Di sisi lain, Nabi Yusuf yang tengah duduk di dalam sumur sambil berdoa dan bertawakal menunggu kebaikan dan kasih sayang Allah SWT kepadanya. Diusianya yang masih muda, Yusuf sudah menunjukan ciri kenabian padanya, ia mempunyai sifat yang penyabar, taat dan patuh kepada Allah dan sangat berbakti kepada orangtuanya.
Suatu hari datanglah para musafir dari negeri Syams ke sumur tersebut untuk menimba air. Ketika mereka mengulurkan tali timbanya, Nabi Yusuf menggelantungkan diri pada timba itu. Lalu musafir yang melihatnya berkata sebagaimana yang disebutkan dalam surat Yusuf ayat 19:
يٰبُشْرٰى هٰذَا غُلٰمٌ ۗوَاَسَرُّوْهُ بِضَاعَةً
Artinya: "Oh, senangnya, ini ada seorang anak muda!". Kemudian mereka menyembunyikannya sebagai barang dagangan."
Para musafir tersebut merasa senang karena bisa menjadikan Nabi Yusuf sebagai komoditas barang dagangan atau budak yang menguntungkan bagi mereka. Nabi Yusuf kemudian berhasil dijual kepada salah seorang menteri negeri Mesir yang bernama Qitfir Al Aziz. Di sana pula, Nabi Yusuf bertemu dengan istrinya di masa depan yang bernama Zulaikha.
Pada saat itu masih berlaku sistem jual beli budak. Nabi Yusuf pun dijual dengan harga yang murah oleh para musafir tersebut. Namun, siapa sangka justru keputusan dari musafir ini merupakan rencana lain dari Allah SWT untuk menyelamatkan Nabi Yusuf dari saudara-saudaranya dan mengubah kehidupan Nabi Yusuf menjadi orang yang berwibawa, cerdas dan mempunyai kekuasaan di negeri Mesir.
Apa yang dialami nabi Yusuf AS merupakan sebuah kehendak Allah SWT dan sebagai bukti bahwa sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan yang diiringi dengan doa dan bertawakal hanya kepada Allah SWT. Ada banyak hikmah dan pelajaran yang dapat kita ambil di dalam kisah ini.
Allah SWT berfirman dalam Alqur'an surah Yusuf ayat 111:
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُوْلِي الأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَـكِن تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Artinya : "Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman."
oleh: Nurul Maulida, S.Pd
Comments